PULAU
KELOR, PULAU ONRUST DAN PULAU CIPIR
UTARA JAKARTA
UTARA JAKARTA
Pada tanggal 9 juli 2017 kemarin, aku bersama
teman-teman pergi ke pulau Kelor, Onrust dan Cipir. Pulau-pulau ini terletak di
Kepulauan Seribu, Jakarta. Seminggu sebelumya, kami diberi tahu, bahwa di pulau-pulau
itu ada peninggalan Belanda. Bahkan cerita mistis juga menyeruak ketika kami
mencari informasi. Katanya ada noni belanda yang meninggal sebelum menikah.
Serem amat yak. Tapi, justru karena itu, aku dan teman-teman ingin kesana.
Liburan murah meriah tapi dapet pengetahuan dan sejarah.
Poto Sisa Bangunan Benteng di Pulau Kelor |
Kami sampai dermaga kira kira pukul 7 pagi. Sampai
dermaga, ternyata dermaga ini digunakan juga untuk bongkar muat hasil laut.
Bahkan, sepanjang jalan keluar dari dermaga merupakan pasar. Sehingga, aroma
amis semerbak mewangi. Sampai pusing dibuatnya. Di Dermaga juga sudah banyak
orang yang bersiap untuk menyebrang. Karena ini merupakan open trip,
peserta yang ikut cukup ramai. Aku hitung lebih dari 10 kapal, dengan satu kapal
berisi kira-kira 30 orang.
Sambil menunggu kapal berangkat, aku dan teman-teman
duduk didermaga. Karena tempat duduk terbatas, sebagian dari penumpang duduk
lesehan. Tapi ada kantin kok. Sehingga kalo mau sarapan, disini maenyediakan
makanan. Aku sendiri makan mie rebus instan, soalnya ga sarapan saat berangkat.
Kami berangkat dari dermaga menuju pulau sekitar pukul 8. Kapal melaju dengan
pelan. Ombak pesisir utara jakarta ini tidak terlalu keras, cendrung tenang
malah. Tapi, air di dekat demaga sangat hitam. Seperti air oli. Hii. Semakin
menuju pulau kelor, air laut berubah menjadi semakin cerah. Saat dalam
perjalanan, kami juga melihat pulau reklamasi yang sedang ditangguhkan
kelanjutannya.
Setelah setengah jam, kami sampai dipulau pertama
yaitu pulau kelor. Pulau ini tidak terlalu besar, namun ada bangunan bersejarah
yang masih berdiri kokoh disini. Yaitu benteng motelo. Benteng ini berbentuk
seperti silinder yang tingginya sekitar 6 meter. Benteng ini seperti pos
pengamatan menurutku. Kokohnya bangunan masih terasa sampai kini. Meskipun ada
bagian benteng yang terabrasi oleh air laut. Bahkan nyaris ada yang habis.
Beruntung, pemerintah setempat membuat pemecah gelombang untuk benteng ini.sehingga
abrasi tidak semakin parah.
Bagian yang Tersisa dari Rumah Sakit di Pulau Onrust |
Kami cukup lama di pulau kelor ini, sekitar 2 jam. Banyak yang mengambil foto disini.
Tapi pulau ini hampir tidak memiliki pohon, hanya beberapa saja, sehingga pulau
benar-benar panas menjelang tengah hari. Kulitku yang memang kayak aspal makin
gelap ga karu-karuan. Sebenarnya, Pulau kelor berbentuk memanjang,
pasirnya berwarna putih bersih. Tidak seperti dermaga muara kamal, warna air
laut di pulau ini berwarna cerah. Bahkan banyak ikan ikan kecil berkeliaran
didekat kapal. Disini tersedia kamar mandi, tempat penjaga, bahkan warung mini.
Jadi tak perlu khawatir.
Setelah puas mengambil gambar dipulau ini, kami
bergerak kepulau kedua. Pulau kedua ini tidak terlalu jauh dari pulau kelor.
Namanya pulau On Rust. Pulau ini adalah pulau yang paling besar diantara
pulau pulau yang ada di sekitarnya. Mungkin sebesar 6 kali lapangan bola. Dapat
terlihat jelas bila pulau ini lebih banyak fasilitas dibanding pulau pulau yang
lain. Saat belanda masih menggunakan pulau-pulau ini, pulau onrust
adalah pulau utamanya. Pulau ini banyak
sekali pepohonan, sehingga sangat sejuk. Bahkan di tengan pulau, angin laut
sudah tidak terasa.
Pulau onrust, dulu memiliki banyak fasilitas. Dari
dermaga, kincir angin, rumah sakit observasi, asrama, rumah dokter, gudang,
penjara dan banyak lagi. Karena berdasarkan denah zaman dahulu, pulau ini
merupakan komplek yang luas dan lengkap. Bahkan pulau ini pernah menjadi tempat
karantina untuk jamaah haji. Sampai akhirnya tempat karantina jamaah haji
dipindahkan ke pelabuhan tanjung priok. Tempat
ini adalah tempat pertama belanda saat pertama kali datang ke jakarta. Mereka
menyiapkan peralatan sebelum menyerang jakarta ditempat ini. Bangunan yang
masih berdiri kokoh adalah rumah dinas dokter. Bahkan rumah ini sekarang
dijadikan sebagai museum. Tempat untuk memamerkan peninggalan belanda di
pulau-pulau ini. Ada meriam, pecahan keramik, alat mandi, denah dan maket pulau
saat masih digunakan, alat pertukangan dan lain-lain. Disini sudah dibangun
masjid, ada juga kantin untuk makan sehingga pengunjung cukup terlayani dengan
baik. Selisih harganya pun masih masuk akal.
Setelah kami sampai ke pulau onrust, kami langsung
cari tempat untuk makan karena saat berangkat kami memang belum makan dari pagi.
Tanpa basa-basi, kami langsung memamah biak dengan semangat,hehe. Setelah makan, kami berkeliling. Ada juga
teman yang lelah, sehingga langsung menggelar hammock dan tidur. Aku
sendiri, berkeliling. Aku tercekat saat masuk kekomplek pemakaman pulau ini.
Dipulau ini ada makan maria, yang konon katanya meninggal saat hendak menikah.
Dapur Umum dipulau Onrust |
Pulau ketiga
yang kami kunjungi adalah Pulau Cipir. pulau ini lebih kecil dari pulau onrust,
tapi lebih besar dari pulau kelor. Pulau ini terdapat reruntuhan rumah sakit.
Katanya, rumah sakit ini adalah tempat isolasi bagi penyakit menular yang ada
di batavia, karena pulau ini jauh dari batavia. Bahkan ada ruangan untuk
operasi. Kami sampai ditempat ini kira-kira pulau 4 sore. Sehingga sudah sore
kami disini. Kami menuju bagian belakang pulau untuk menunggu matahari terbenam.
Ramai sekali disini, karena tempat ini adalah tempat yang dituju banyak orang.
Kami bernyanyi dan bergembira disini. Sambil sesekali kami foto selfie.
Sebelum kami pulang, kami diberikan lampion oleh
panitia untuk diterbangkan saat matahari tenggelam. Masalahnya, teryata
menerbangkan lampion tidak semudah kelihatannya. Aku? jangan ditanya, hah cuma
lampion. Kecil. Tapi ternyata sodara-sodara, gagal saat diketinggian 2
meter, dan lampion langsung terjun kelaut. Menggelepar sejenak kemudian mati
tenggelam. Menyedihkan. Tapi, tau kan
tagline nya lampion. itu lho, “Cintailah ploduk-ploduk indonesia”. Hehehe. Garing
ya, Maap maap.
Matahari Terbenam Dipulau Cipir |
Setelah puas menerbangkan lampion, peserta diminta
kembali ke kapal masing masing untuk kembali kedermaga muara kamal. Kami sampai
dermaga muara kamal sekira pukul 8 malam. Untuk tiket perjalanan, harganya
cukup murah. Satu kali perjalanan hanya Rp 85.000, tapi tidak termasuk makan.
Kita bisa membawa bekal dari rumah atau menambah Rp 18.000 dari harga tiket.
Obeemedia