Selasa, 08 Agustus 2017

PULAU KELOR, PULAU ONRUST DAN PULAU CIPIR UTARA JAKARTA



PULAU KELOR, PULAU ONRUST DAN PULAU CIPIR
UTARA JAKARTA

Pada tanggal 9 juli 2017 kemarin, aku bersama teman-teman pergi ke pulau Kelor, Onrust dan Cipir. Pulau-pulau ini terletak di Kepulauan Seribu, Jakarta. Seminggu sebelumya, kami diberi tahu, bahwa di pulau-pulau itu ada peninggalan Belanda. Bahkan cerita mistis juga menyeruak ketika kami mencari informasi. Katanya ada noni belanda yang meninggal sebelum menikah. Serem amat yak. Tapi, justru karena itu, aku dan teman-teman ingin kesana. Liburan murah meriah tapi dapet pengetahuan dan sejarah. 
Poto Sisa Bangunan Benteng di Pulau Kelor 
Ohya perkenalkan, aku adalah mahasiswa PPG UNJ, kuliah sertifikasi guru.Kami berangkat bersama dari asrama. Tidak terlalu banyak sih. Kira kira 50 orang. Kami berangkat dari asrama sekitar pukul 5. Soalnya, tim pemandu meminta kami berkumpul di Dermaga Muara Kamal, Jakarta Utara pukul 7.30 . Dermaga ini cukup jauh dari asrama kami yang berada di rawamangun, so kami harus berangkat dari pagi biar ga kejebak macet. Kami memutuskan untuk naik transjakarta soalnya Cuma Rp 3.500 kita sudah bisa keliling jakarta, aman dari copet, dan ber-AC . Masalahnya adalah jika kita laki-laki, maka dipastikan berdiri kalo lagi jam sibuk. Aku sendiri pernah berdiri hampir 4 jam. Pengen ngeglosor, tapi dimarah kondektur. Sedih pokoknya. Ditambah lagi lama sampai tujuan apalagi kalo transit. Kalo naek ojek online, lumayan mahal bisa buat jajan 3 hari. Tapi keuntungannya, pasti duduk dan cepat sampai. Setelah dipertimbangkan bersama teman-teman, kami memutuskan untuk naik transjakarta. Lumayan irit, demi kau dan si buah hati terpaksa kau harus begini. hehe
Kami sampai dermaga kira kira pukul 7 pagi. Sampai dermaga, ternyata dermaga ini digunakan juga untuk bongkar muat hasil laut. Bahkan, sepanjang jalan keluar dari dermaga merupakan pasar. Sehingga, aroma amis semerbak mewangi. Sampai pusing dibuatnya. Di Dermaga juga sudah banyak orang yang bersiap untuk menyebrang. Karena ini merupakan open trip, peserta yang ikut cukup ramai. Aku hitung lebih dari 10 kapal, dengan satu kapal berisi kira-kira 30 orang.
Sambil menunggu kapal berangkat, aku dan teman-teman duduk didermaga. Karena tempat duduk terbatas, sebagian dari penumpang duduk lesehan. Tapi ada kantin kok. Sehingga kalo mau sarapan, disini maenyediakan makanan. Aku sendiri makan mie rebus instan, soalnya ga sarapan saat berangkat. Kami berangkat dari dermaga menuju pulau sekitar pukul 8. Kapal melaju dengan pelan. Ombak pesisir utara jakarta ini tidak terlalu keras, cendrung tenang malah. Tapi, air di dekat demaga sangat hitam. Seperti air oli. Hii. Semakin menuju pulau kelor, air laut berubah menjadi semakin cerah. Saat dalam perjalanan, kami juga melihat pulau reklamasi yang sedang ditangguhkan kelanjutannya.


Bagian yang Tersisa dari Rumah Sakit di Pulau Onrust
Setelah setengah jam, kami sampai dipulau pertama yaitu pulau kelor. Pulau ini tidak terlalu besar, namun ada bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh disini. Yaitu benteng motelo. Benteng ini berbentuk seperti silinder yang tingginya sekitar 6 meter. Benteng ini seperti pos pengamatan menurutku. Kokohnya bangunan masih terasa sampai kini. Meskipun ada bagian benteng yang terabrasi oleh air laut. Bahkan nyaris ada yang habis. Beruntung, pemerintah setempat membuat pemecah gelombang untuk benteng ini.sehingga abrasi tidak semakin parah.
Kami cukup lama di pulau kelor ini, sekitar  2 jam. Banyak yang mengambil foto disini. Tapi pulau ini hampir tidak memiliki pohon, hanya beberapa saja, sehingga pulau benar-benar panas menjelang tengah hari. Kulitku yang memang kayak aspal makin gelap ga karu-karuan. Sebenarnya, Pulau kelor berbentuk memanjang, pasirnya berwarna putih bersih. Tidak seperti dermaga muara kamal, warna air laut di pulau ini berwarna cerah. Bahkan banyak ikan ikan kecil berkeliaran didekat kapal. Disini tersedia kamar mandi, tempat penjaga, bahkan warung mini. Jadi tak perlu khawatir.
Setelah puas mengambil gambar dipulau ini, kami bergerak kepulau kedua. Pulau kedua ini tidak terlalu jauh dari pulau kelor. Namanya pulau On Rust. Pulau ini adalah pulau yang paling besar diantara pulau pulau yang ada di sekitarnya. Mungkin sebesar 6 kali lapangan bola. Dapat terlihat jelas bila pulau ini lebih banyak fasilitas dibanding pulau pulau yang lain. Saat belanda masih menggunakan pulau-pulau ini, pulau onrust adalah pulau utamanya. Pulau ini  banyak sekali pepohonan, sehingga sangat sejuk. Bahkan di tengan pulau, angin laut sudah tidak terasa.
Pulau onrust, dulu memiliki banyak fasilitas. Dari dermaga, kincir angin, rumah sakit observasi, asrama, rumah dokter, gudang, penjara dan banyak lagi. Karena berdasarkan denah zaman dahulu, pulau ini merupakan komplek yang luas dan lengkap. Bahkan pulau ini pernah menjadi tempat karantina untuk jamaah haji. Sampai akhirnya tempat karantina jamaah haji dipindahkan ke  pelabuhan tanjung priok. Tempat ini adalah tempat pertama belanda saat pertama kali datang ke jakarta. Mereka menyiapkan peralatan sebelum menyerang jakarta ditempat ini. Bangunan yang masih berdiri kokoh adalah rumah dinas dokter. Bahkan rumah ini sekarang dijadikan sebagai museum. Tempat untuk memamerkan peninggalan belanda di pulau-pulau ini. Ada meriam, pecahan keramik, alat mandi, denah dan maket pulau saat masih digunakan, alat pertukangan dan lain-lain. Disini sudah dibangun masjid, ada juga kantin untuk makan sehingga pengunjung cukup terlayani dengan baik. Selisih harganya pun masih masuk akal.
Dapur Umum dipulau Onrust
Setelah kami sampai ke pulau onrust, kami langsung cari tempat untuk makan karena saat berangkat kami memang belum makan dari pagi. Tanpa basa-basi, kami langsung memamah biak dengan semangat,hehe.  Setelah makan, kami berkeliling. Ada juga teman yang lelah, sehingga langsung menggelar hammock dan tidur. Aku sendiri, berkeliling. Aku tercekat saat masuk kekomplek pemakaman pulau ini. Dipulau ini ada makan maria, yang konon katanya meninggal saat hendak menikah.
 Pulau ketiga yang kami kunjungi adalah Pulau Cipir. pulau ini lebih kecil dari pulau onrust, tapi lebih besar dari pulau kelor. Pulau ini terdapat reruntuhan rumah sakit. Katanya, rumah sakit ini adalah tempat isolasi bagi penyakit menular yang ada di batavia, karena pulau ini jauh dari batavia. Bahkan ada ruangan untuk operasi. Kami sampai ditempat ini kira-kira pulau 4 sore. Sehingga sudah sore kami disini. Kami menuju bagian belakang pulau untuk menunggu matahari terbenam. Ramai sekali disini, karena tempat ini adalah tempat yang dituju banyak orang. Kami bernyanyi dan bergembira disini. Sambil sesekali kami foto selfie.
Matahari Terbenam Dipulau Cipir
Sebelum kami pulang, kami diberikan lampion oleh panitia untuk diterbangkan saat matahari tenggelam. Masalahnya, teryata menerbangkan lampion tidak semudah kelihatannya. Aku? jangan ditanya, hah cuma lampion. Kecil. Tapi ternyata sodara-sodara, gagal saat diketinggian 2 meter, dan lampion langsung terjun kelaut. Menggelepar sejenak kemudian mati tenggelam. Menyedihkan. Tapi,  tau kan tagline nya lampion. itu lho, “Cintailah ploduk-ploduk indonesia”. Hehehe. Garing ya, Maap maap.
Setelah puas menerbangkan lampion, peserta diminta kembali ke kapal masing masing untuk kembali kedermaga muara kamal. Kami sampai dermaga muara kamal sekira pukul 8 malam. Untuk tiket perjalanan, harganya cukup murah. Satu kali perjalanan hanya Rp 85.000, tapi tidak termasuk makan. Kita bisa membawa bekal dari rumah atau menambah Rp 18.000 dari harga tiket.
Obeemedia