Senin, 26 September 2016

Rubuhnya Dinding Rumah Kami*

*Biar Mirip Sama Judul Novel J
Sebuah Pengabdian (SM-3T)

Hampir malam saat itu, mungkin sekira pukul 8 malam. saya bersama teman baru saja pulang dari kota menuju penempatan yaitu di fatuknutu, Kecamatan Amfoang Timur. Jarak yang cukup jauh membuat badan saya pegal-pegal. Sebenarnya tidak terlalu jauh “hanya” 14 jam perjalanan dari pusat ibu kota kabupaten, hehehe. Ditambah kondisi jalan yang luar biasa parahnya. Seperti nama artis Parah Azari. Garing ah. Kami pergi ke kota naek delman istimewa ku duduk di muka, malah nyanyi. Seriusan, kami pergi karena kami harus rapat guru mata pelajaran se-kabupaten yang akan menentukan pokok-pokok materi yang akan keluar pada ujian sekolah.
Sampai dirumah, saya belum bisa langsung tidur, karena saya harus membuat laporan yang akan diserahkan ke kepala sekolah. Dari jam 8,  angin memang terdengar berhembus. Namun, Tiba-tiba sekitar tengah malam,ada angin yang keras meniup rumah kami, krek,,brak. Dinding kamar saya langsung tumbang. Tumbang satu bagian sisi. Tumbangnya kearah biasa saya tidur. Mengerikan. Bahkan jatuhan dindingnya menutupi semua tempat tidur kami.
 
Dinding Yang Jatuh
 Terus terang saya sedikit trauma karena kejadian itu, dinding itu cukup berat bahkan saat diangkat oleh 2 orang. Saya benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila saya tidur cepat saat itu. Bisa jadi bubur ini badan. Untungnya, Tuhan masih melindungi. Alhamdulillah. Malam itu juga, kami bersama-sama memperbaiki seadanya lubang yang timbul. Sampai sekitar jam 1 baru pekerjaan kami selesai, itu pun tidak menutup sepenuhnya. Pikir kami, yang penting malam ini bisa tidur, besok baru dipikirkan.

Upaya Perbaikan
Besoknya, kami menceritakan kepada kepala sekolah dan guru-guru di sekolah tempat kami mengabdi. Mereka prihatin dan bertanya banyak hal kepada kami. Mereka juga meminta kepada siswa untuk membawakan pelepah bambu untuk dijadikan dinding. Dan merencanakan kerja bakti esoknya
Kerja Bakti Siswa dan Guru
Didaerah ini, kayu agak sulit didapatkan. Daerahnya sungguh sangat tandus, rumput saja hampir tidak tumbuh kecuali saat musim hujan. Jadi, rata-rata dinding rumah warga terbuat dari pelepah bambu atau “bebak”. Bebak adalah dinding yang tersusun dari pelepah pohon lontar yang dijadikan satu dengan tusukan bambu. 
Besok paginya, setelah bahan untuk pembuatan dinding sudah dikumpulkan siswa. Kami beserta guru dan siswa bahu membahu mebenahi dinding rumah kami yang rusak.



Setelah selesai, akhirnya kami makan seadanya bersama guru, dan siswa. Kami benar-benar berterimakasih kepada guru-guru dan siswa yang sudah cepat tanggap terhadap masalah kami.

Makan Bersama Setelah Kerja bakti


Penampakan Dinding Kamar Yang Sudah Diperbaiki
YP
Obee media

1 komentar: