*Biar Mirip Sama Judul Novel J
Sebuah Pengabdian (SM-3T)
Hampir malam saat itu, mungkin sekira pukul 8 malam.
saya bersama teman baru saja pulang dari kota menuju penempatan yaitu di
fatuknutu, Kecamatan Amfoang Timur. Jarak yang cukup jauh membuat badan saya
pegal-pegal. Sebenarnya tidak terlalu jauh “hanya” 14 jam perjalanan dari pusat
ibu kota kabupaten, hehehe. Ditambah kondisi jalan yang luar biasa parahnya.
Seperti nama artis Parah Azari. Garing ah. Kami pergi ke kota naek delman
istimewa ku duduk di muka, malah nyanyi. Seriusan, kami pergi karena kami harus
rapat guru mata pelajaran se-kabupaten yang akan menentukan pokok-pokok materi
yang akan keluar pada ujian sekolah.
Sampai dirumah, saya belum bisa langsung tidur, karena
saya harus membuat laporan yang akan diserahkan ke kepala sekolah. Dari jam 8, angin memang terdengar berhembus. Namun,
Tiba-tiba sekitar tengah malam,ada angin yang keras meniup rumah kami,
krek,,brak. Dinding kamar saya langsung tumbang. Tumbang satu bagian sisi.
Tumbangnya kearah biasa saya tidur. Mengerikan. Bahkan jatuhan dindingnya
menutupi semua tempat tidur kami.
Terus terang saya sedikit trauma karena kejadian itu,
dinding itu cukup berat bahkan saat diangkat oleh 2 orang. Saya benar-benar
tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila saya tidur cepat saat itu. Bisa jadi
bubur ini badan. Untungnya, Tuhan masih melindungi. Alhamdulillah. Malam itu
juga, kami bersama-sama memperbaiki seadanya lubang yang timbul. Sampai sekitar
jam 1 baru pekerjaan kami selesai, itu pun tidak menutup sepenuhnya. Pikir
kami, yang penting malam ini bisa tidur, besok baru dipikirkan.
Upaya Perbaikan |
Besoknya, kami menceritakan kepada kepala sekolah dan
guru-guru di sekolah tempat kami mengabdi. Mereka prihatin dan bertanya banyak
hal kepada kami. Mereka juga meminta kepada siswa untuk membawakan pelepah
bambu untuk dijadikan dinding. Dan merencanakan kerja bakti esoknya
Kerja Bakti Siswa dan Guru |
Didaerah ini, kayu agak sulit didapatkan. Daerahnya
sungguh sangat tandus, rumput saja hampir tidak tumbuh kecuali saat musim
hujan. Jadi, rata-rata dinding rumah warga terbuat dari pelepah bambu atau “bebak”.
Bebak adalah dinding yang tersusun dari pelepah pohon lontar yang
dijadikan satu dengan tusukan bambu.
Besok paginya, setelah bahan untuk pembuatan dinding
sudah dikumpulkan siswa. Kami beserta guru dan siswa bahu membahu mebenahi
dinding rumah kami yang rusak.
Setelah
selesai, akhirnya kami makan seadanya bersama guru, dan siswa. Kami benar-benar
berterimakasih kepada guru-guru dan siswa yang sudah cepat tanggap terhadap
masalah kami.
Makan Bersama Setelah Kerja bakti |
Penampakan Dinding Kamar Yang Sudah Diperbaiki |
YP
Obee media
Wow seruuu....
BalasHapus